Dr. Fakhruddin Kurnia M, S.E., M.M-Hari Pendidikan Nasional bukan sekadar peringatan rutin setiap tahun. Ia adalah momentum reflektif yang menuntut kita semua pendidik, pelajar, pemimpin, dan masyarakat luas untuk meninjau kembali tujuan sejati pendidikan: membentuk manusia yang cerdas, berintegritas, dan peduli terhadap realitas sosial.
Di tengah dunia yang penuh dinamika dan gejolak, pendidikan nasional menghadapi tantangan besar. Kita hidup dalam era disrupsi, di mana perubahan teknologi berlangsung bukan lagi dalam hitungan tahun, tetapi bulan, bahkan hari. Artificial Intelligence, otomatisasi, big data, dan Internet of Things kini bukan sekadar istilah asing, tetapi realitas yang telah mengubah wajah dunia kerja dan pola kehidupan.
Tantangan zaman bukan hanya datang dari teknologi. Indonesia juga tengah menghadapi krisis multidimensi: krisis lingkungan, krisis moral dan etika, krisis kepercayaan terhadap institusi, serta krisis ekonomi yang masih menyisakan luka pasca pandemi. Jutaan keluarga berjuang di tengah ketidakpastian, harga kebutuhan pokok melonjak, dan lulusan perguruan tinggi sering kali kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya.
Di tengah segala krisis itu, pendidikan ditantang untuk tidak hanya melahirkan manusia pintar, tetapi juga manusia yang bisa dipercaya, yang mampu menjawab kompleksitas dunia nyata dengan integritas, empati, dan komitmen sosial. Nilai-nilai seperti kerja keras, ketekunan, kejujuran, dan pengabdian harus menjadi fondasi dalam membentuk karakter generasi penerus bangsa. Pendidikan tidak boleh hanya berfokus pada pencapaian akademik, tetapi harus menumbuhkan semangat tanggung jawab sosial dan keberpihakan pada kebaikan bersama.
Pendidikan harus melahirkan intelektual sejati bukan hanya mereka yang pandai berteori, tetapi yang rela turun ke masyarakat, mendengarkan suara rakyat kecil, dan ikut menyelesaikan masalah bersama-sama. Kita butuh lebih banyak generasi intelektual yang membangun desa, memberdayakan petani dan pelaku UMKM, menciptakan inovasi, serta memecahkan persoalan dari akar rumput.
Generasi muda Indonesia harus menjadi pelopor perubahan, bukan pengekor. Bukan sekadar pencari kerja, tetapi pencipta kerja. Mereka harus hadir sebagai agen transformasi: dalam bidang pendidikan, teknologi tepat guna, kewirausahaan sosial, hingga reformasi birokrasi.
Perubahan besar memang tidak lahir dalam sehari. Tetapi ia dimulai dari langkah kecil yang dilakukan dengan kesadaran, tanggung jawab, dan keberanian untuk melayani. Hari Pendidikan Nasional mengajak kita untuk tidak menunggu semua sempurna untuk bergerak, tetapi untuk mulai dari yang kecil, dari yang dekat, dari yang bisa dilakukan hari ini.
Masa depan bangsa ini tidak ditentukan oleh siapa yang paling pintar, tetapi oleh siapa yang paling peduli. Maka dari itu, mari kita wujudkan pendidikan yang mencetak manusia paripurna, cerdas secara intelektual, kuat secara karakter, dan hadir sebagai harapan nyata bagi masyarakat Indonesia.